Mutia Sukma lahir di Yogyakarta 12 Mei 1988. Kuliah di FBS, Bahasa & Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta. Selain menulis perempuan yang suka membaca puisi ini juga menekuni dunia teater, menulis cerpen, puisi, dan catatan lepas. Terlibat di beberapa komunitas sastra dan petunjukan sekaligus, di antaranya; Sanggar Sastra Indonesia Yogyakarta (SSIY). Mendirikan Kelompok Belajar Rejowinangun (KBR) untuk anak-anak di tempat tinggalnya. Beberapa kali memenangkan lomba penulisan juga pembacaan puisi. Beberapa tulisannya pernah dimuat di Suara Pembaruan, Bali Post, Minggu Pagi, Gong, Jurnal Sundih, Pawon Sastra dll. Tulisannya tergabung dalam antologi bersama di antaranya; Segitiga Cinta (2005), Jalan Masih Panjang (2005) keduanya merupakan naskah drama. Juga dalam antologi komunal Hari Ini Tak Ada Hujan Turun (2007) dan Pelabuhan Desember (2007). Sajak-sajaknya bisa ditemukan di mutiakoto.blogspot.com
Sajak Sentimentil
kisah yang gaib
tibatiba berada disini
saat kutengok ke belakang
bandul jam mengayun
masa kelam
kau sebut ia
sesering kau sebut namaku
kau sebut namamu
melangkahi garis paling merah
pada diri
pada kelopak matamu
kutemukan sahara yang hangus
entah menjelma apa namanya
tak pernah bisa
kau telan kina itu
panasmu tak pernah sembuh
berlompatan diantara celcius
yang berkeringat
setiap hari selalu kau lewati
jalan yang sama
namun tak pernah kau
temui kisah yang sama
kisah yang gaib
Semacam Dendam
semua terasa semacam dendam
kau dan mereka menatapku dengan curiga
dengan rasa marah yang tak dapat kugambarkan
aku hanya ingin menatap diri
berhitung tentang banyak hal
dan merapatkan tubuh pada barisan angkaangka
tapi kau dan mereka mendengar
tangisanku serupa nyanyian
melengking panjang
aku hanya butuh pelukan
di mana ia menyayangiku dengan tandatanda
aku tak akan meminta banyak hal
karena aku merasa memiliki begitu banyak
hanya kepercayaan
yang tak pernah kudapatkan dari kau dan mereka
padanya kutemukan kesakitanku terasa
di tubuhnya
seperti hujan pagi ini
kutemukan genangan dicuram pipi
kau dan mereka
tapi aku tak pernah merasakan apaapa
tak ada yang tergetar dan ingin digetarkan
semua terkecap begitu tawar
beri aku rasa yang lain,cintaku
seperti waktu pertama kali
kau bertemu denganku
lalu merayu dengan bahasabahasa alam
tapi kalian selalu menatapku
dengan kuburan kemarahan
kemarahan yang membuatku
terjebak dan pincang
dengannya, ia selalu memberitahu
semua yang belum aku ketahui
dan yang sudah aku ketahui
akan kami rundingkan pula
november,2007
1 komentar:
cantik kamu
hahaha
salam kenal
Posting Komentar