Selamat datang di Kawasan Penyair Yogyakarta Terima kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 14 Oktober 2007

Katrin Bandel



(Yogyakarta)

Lahir di Wuppertal, Jerman. Menyelesaikan dokter dalam Sastra Indonesia pada tahun 2004 di Universitas Hamburg, Jerman, dengan topic “ Pengobatan dan Ilmu Gaib dalam Prosa Modern Indonesia “. Puisi, Cerpen dan Esainya dimuat di Cyber Graffiti, Ini …. Sirkus Senyum, Graffiti Imaji, Dian Sastra For President, Batu Merayu Rembulan, Esei- Esei Bentara 2004, Sastra Pembebasan, Les Cyberletters, On/Off, Mejabudaya, Jurnal Cerpen Indonesia, Bentara, Kompas, Bernas, Minggu Pagi,dan di itu sastra Cyberpunk Indonesia w w w Cybersastar net. Buku kumpulan eseinya Sastra Perempuan, Seks akan diterbitkan penerbit Jalasutra Jogjakarta akhir 2005. Ia juga seorang pelukis dan pernh pameran-tunggal di via via cafĂ©’ Yogyakarta. Saat ini menetap di Yogyakarta dan menjadi dosen-tamu mata kuliah “Teori-Teori Budaya” dan “ Gender Studies “ di program magester Ilmu Religi dan Budaya, Universitas SanataDharma Yogyakarta. Salah satu puisinya :

Sebungkus Nasi Yang Sudah Dingin Dan Bau

Laki-lakiku tidur dengan tenang di rumah orang dan tidak menghiraukan suara HPnya yang terus-menerus berdering.
Laki-lakiku mabuk dan tidur di mana saja.

Laki-lakiku dikelilingi perempuan-perempuan malam.
Semua perempuan adalah perempuannya.

Laki-lakiku ingin pulang membawa nasi untukku. Tapi perempuan-perempuan itu tertawa terkekeh-kekeh. Kau mau ke mana, kau tak punya istri, kami istri-istrimu. Salah satu dari mereka merebut bungkus nasi itu, membukanya, lalu mulai memakannya.

Itu nasiku, perempuan celaka!

Perempuan malam yang sedang makan nasi yang dibelikan laki-lakiku untukku itu disambar petir, nasinya jatuh ke tanah, berceceran, lalu dimakan anjing.

Dengan nasi yang sudah dimakan anjing di kantongnya laki-lakiku ketiduran di rumah orang. Dia tidak mendengar suara HPnya yang terus-menerus berdering karena suara dengkurnya sendiri jauh lebih keras daripada suara HP itu. Dan nasi di kantongnya sudah dingin dan bau.

Perempuan-perempuan yang kawannya disambar petir tadi itu menjadi marah, tidak terima. Mereka melaporkan kejadian itu pada preman-preman kampung, suami-suami mereka. Preman-preman kampung suami-suami perempuan-perempuan malam yang kawannya disambar petir tadi itu mengejar laki-lakiku
dengan sepeda motor-sepeda motor mereka. Laki-lakiku melarikan bebek saktinya selincah kilat, tetapi akhirnya kalah oleh sepeda motor-sepeda motor mereka yang lebih cepat dan besar.

Laki-lakiku tergeletak mati di tengah jalan dengan HP terus-menerus berdering di kantongnya, dan nasi yang sudah dingin dan bau di kantong lainnya.

Ambulans datang menjemput laki-lakiku yang sedang tidur dengan tenang di rumah orang.

Di rumah sakit seorang perawat cantik dengan senyum yang menggoda menutup HP yang terus-menerus berdering itu dengan bantal biar tak mengganggu.

Dan anjing yang memakan nasiku itu sudah disembelih dan dijadikan sangsang.

Jogja, 9 Desember 2002

Tidak ada komentar: